Selasa, 05 Oktober 2010

Susunan Acara Pemlaspasan Alit Padmasana 10-10-2010

Waktu Acara
14.00 Peranda tiba di lokasi Pura BSD
15.00 – 16.00 Pecaruan
16.00 – 17.30 Pemakuhan dan Pemlaspasan
17.30 – 18.00 Penentuan nama Pura
18.00 – 19.00 Pawintenan
19.00 – 20.00 Persembahyangan Bersama
20.00 – 21.00 Nunas Prasadam
Demikian undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.


Panitia Pemlaspasan Alit Padmasana Pura BSD

ttd

I Gede Raka Subawa
Humas
08112235289

Senin, 02 Agustus 2010

RENCANA KEDATANGAN PADMASANA PURA BSD

Semeton sinamian....,
Tiang ingin menyampaikan rencana kedatangan Padmasana.
Jika tidak ada halangan, truck yang mengangkut Padma sudah akan sampai di desa Buda Keling Karang Asem tanggal 5 Agustus...dan setelah dinaikknan dan di packing..., rencananya akan berangkat tanggal 6atau 7 Agustus dan diperkirakan sampai di BSD tanggal 8 atau 9 Agustus. Pada saat yang bersamaan 10 orang undagi beserta Ida Bagus Santi akan berangkat juga ke BSD, apakah naik bus atau yang lain sedang dijajagi

Pak Putu Santika akan segera mengundang semeton sami untuk melakukan konsolidasi untuk membicarakan hal ini secara lebih detil

Inggih Suksma

agus sugiana

Sabtu, 24 April 2010

Dharma Shanti Propinsi Banten







































Minggu, 18 April 2010

Dipimpin Ida Pedanda Gede Putra Sidemen : Upacara Ngeruak dan Mulang Dasar Pembangunan Pondasi Padmasana Pura BSD


Sabtu pagi 17 April 2010, ada pemandangan yang berbeda di lokasi Pura BSD. Hari itu dilaksanakan upacara Ngeruak dan Mulang Dasar Pondasi Padmasana Pura BSD. Ngeruak artinya “ membuka lahan/jalan” sedangkan Mulang Dasar artinya “meletakkan dasar”. Keduanya merupakan rangkaian yang tak terpisahkan sebelum sebuah Padmasana Pura mulai dibangun. Padmasana sendiri adalah altar utama sebuah Pura yang bentuknya menjulang tinggi seperti singgasana, sebagai media umat Hindu menyatukan diri dalam doa. Hingga saat ini Umat memanfaatkan Turus Lumbung sebagai sarana sementara, sebuah altar yang dibuat dari anyaman bambu, ditopang oleh empat batang pohon dadap.
Upacara dimulai tepat pukul 10.00 wib, dihadiri oleh sekitar ribuan umat Hindu dari 7 kecamatan se Tangerang Selatan, disamping kehadiran undangan dari Jabotabek dan Banten yang datang untuk mengidungkan doa–doa bersama. Dipimpin oleh Manggala Upacara Ida Pedanda Gede Putra Sidemen dari Griya Ciledug. Seluruh umat dengan khusyuk bersatu dalam doa kepada Hyang Widhi,Tuhan semesta alam. Memohon agar niat dan langkah suci membangun tempat ibadah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil sesuai rencana. Suara isak tangis pertanda haru meledak ketika Ida Pedanda meletakkan batu bulitan (batu hitam), bunga-bunga, serta beberapa prasyarat lain, di lubang pondasi yang telah ditentukan. Sejenak, beliau menguncarkan mantra-mantra Weda, lalu memerciki seluruh isi lubang pondasi dengan air tirta suci. Inilah puncak upacara hari ini. Selanjutnya secara bergiliran para tokoh umat dipersilahkan untuk turut memasukkan adukan material pondasi di atasnya.
Lagi-lagi, konsep Tri Hita Karana Umat Hindu dijadikan landasan pijak upacara ini,yaitu : hidup harmonis dengan alam, hidup harmonis dengan sesama,dan selalu berpegang pada ajaran Tuhan. Karena jika hal ini dilaksanakan dalam setiap langkah kehidupan, maka niscaya kita akan dianugrahi Jalan yang Benar (Satyam), Kesucian (Ciwam), serta Keindahan dalam hidup (Sundaram).Seperti disampaikan oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia pengurus daerah Tangerang Selatan, Dr I Ketut Arnaya, MM.
Hal ini pula yang menjadikan alasan mengapa panitia pembangunan Pura mengundang tidak kurang dari 70 anak yatim dan kurang mampu di sekitar pura untuk sekedar diberi bingkisan. Sekaligus mengingatkan seluruh umat Hindu yang hadir bahwa kita semua harus selalu peduli pada mereka yang kebetulan tidak seberuntung kita. Sudah semestinya juga sebagian kegembiraan yang kita rasakan bisa dibagi bersama mereka.Ucapan selamat disampaikan Kepala Desa Rawa Mekar Jaya yang diwakili oleh Rohidi selaku Sekretaris Desa,serta harapan agar hubungan yang harmonis antara umat Hindu dan warga Rawa Mekar Jaya tempat Pura BSD berada, tetap dijaga. Rohidi juga berpesan kepada seluruh warga sekitar Pura untuk turut menjaga keberadaan Pura ini. Panitia Pembangunan yang diwakili langsung oleh Ketut Suada, Ketua Yayasan Swadharma Serpong, menyambut baik ajakan Pak Sekdes, dan mengingatkan umat yang hadir untuk tidak henti-hentinya menanamkan kebaikan kepada sesame, termasuk untuk lingkungan di sekitar Pura BSD. Semoga.

Senin, 12 April 2010

UNDANGAN UPACARA NGERUAK PADMASANA PURA BSD

Om Swastyastu
Yth Umat Hindu se-Jabodetabek


Sesuai informasi yang telah kami sampaikan sebelumnya bahwa umat Hindu Tangsel akan melaksanakan upacara Ngeruak dan mulang dasar pembangunan Padmasana,yang akan dilaksanakan pada:

Hari Sabtu, 17 April 2010,
Jam 10.00 wib - selesai
Manggala Upacara: Ida Peranda Gede Putra Sidemen



Sebelum upacara, akan dilakukan bakti sosial Pemberian Sembako kepada anak Yatim di Pondok Pesantren yang ada di sekitar lokasi Pura,dan akan dihadiri juga oleh: umat Buddha dan umat Katolik

Berkenaan dengan hal tersebut, kami mengundang seluruh umat se Jabodetabek dan Banten, untuk hadir dan ikut bersama-sama ngaturang bakti agar pembangunan pura kita berjalan lancar dan aman.

SELAMAT DATANG DI PURA KITA.RAHAJENG RAWUH RING PURA DRUWENE,SUGENG RAWUH RING PURO KITO SAMYO, WILUJENG SUMPING ring PURA TANGSEL DI BSD
Namaste;

Sukma
Ketut Suada
Kelian Banjar Serpong

Minggu, 11 April 2010

Sosialisasi WHDI di Tangerang Selatan


Hindu Center BSD City- Wanita Hindu Dharma Indonesia ( WHDI) Propinsi Banten, Minggu 11 April 2010 menggelar sosialisasi organisasi kepada umat Hindu di Tangerang Selatan. Bertempat di lokasi Hindu Center BSD City, kegiatan tersebut dihadiri oleh ratusan Ibu-ibu dari Bintaro, Pamulang, Serua, Pondok Cabe, Rempoa, dan dari wilayah Serpong sendiri.
Kedatangan pengurus WHDI Banten dipimpin langsung oleh Kartini Suwandi selaku Ketua WHDI Banten. Perempuan Solo ini dengan antusias memperkenalkan keberadaan WHDI sejak kelahirannya pada 12 Februari 1988, kepengurusan saat ini , hingga berbagai kegiatan yang telah dilakukan. Tahun 2010 ini , WHDI telah memiliki Pengurus Daerah di 26 propinsi di Indonesia, dan bekerja dengan mengedepankan spiritualitas Hindu sebagai dasar pijakan dan mewarnai setiap langkah-langkahnya.

Antusiasme Ibu-ibu Tangerang Selatan semakin meningkat lagi ketika Ida Ayu Swastika, salah seorang tokoh wanita sekaligus intelektual Hindu Indonesia memberikan gambaran yang jelas dan lugas mengenai pentingnya organisasi bagi setiap wanita Hindu. Bu Dayu, begitu ia dipanggil, mengingatkan setiap wanita Hindu bahwa seiring dengan terjadinya percepatan perubahan lingkungan global, maka tuntutan terhadap peran wanita Hindu pun semakin tinggi. Baik yang terkait dengan peran Ibu sebagai orang tua, pendamping suami, maupun perannya pada kehidupan sosial kemasyarakatan. Organisasi WHDI diharapkan bisa menjembatani kebutuhan itu sekaligus sebagai garda depan dalam melakukan advokasi terhadap wanita Hindu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga sekaligus membela mereka yang mengalami perlakuan diskriminatif pada lingkungannya.

Kegiatan Sosialisasi WHDI ini disambut hangat oleh seluruh yang hadir, hingga bermuara pada kebulatan tekad untuk segera membentuk WHDI di tingkat Tangerang Selatan. Hal ini segera difasilitasi oleh Dwi Atmawati Suada selaku penyelenggara. Wanita jawa asal Ambarawa mengajak Ibu-Ibu lainnya untuk membentuk tim formatur pembentukan WHDI Tangerang Selatan.

Berikut adalah formatur yang berasal dari perwakilan wilayah di Tangerang Selatan :
1. Dwi Atmawati Suada (Serpong)
2. Putu Sumarti (Serpong)
3. Ni Luh Suyatini (Pondok Cabe)
4. Made Aqulina (Pamulang)
5. Ni Luh Ratna (Sarua)
6. Susmiati (Pondok Cabe)
7. Ida Ayu Mirah (Sarua)
8. A.A. Oka Suarni (Pondok Cabe)
9. Ibu Nyoman Suadiarta (rempoa)
10. Ayu Ariati (Pamulang)
11. Cok Istri (Pamulang)
12. Komang Suriani (pamulang)
13. N.N. Yudiani (Pamulang)
14. Ria Mayun (Pamulang)
15. Nyoman Parwaberi (Sarua)

Formatur tersebut, bertugas untuk menyiapkan segala sesuatunya dalam rangka pembentukan WHDI Tangerang Selatan, mulai penentuan waktu, pendanaan, hingga mekanisme pembentukan dan pemilihan pengurus. (RS)

Sosialisasi WHDI di Tangerang Selatan


Hindu Center BSD City- Wanita Hindu Dharma Indonesia ( WHDI) Propinsi Banten, Minggu 11 April 2010 menggelar sosialisasi organisasi kepada umat Hindu di Tangerang Selatan. Bertempat di lokasi Hindu Center BSD City, kegiatan tersebut dihadiri oleh ratusan Ibu-ibu dari Bintaro, Pamulang, Serua, Pondok Cabe, Rempoa, dan dari wilayah Serpong sendiri.
Kedatangan pengurus WHDI Banten dipimpin langsung oleh Kartini Suwandi selaku Ketua WHDI Banten. Perempuan Solo ini dengan antusias memperkenalkan keberadaan WHDI sejak kelahirannya pada 12 Februari 1988, kepengurusan saat ini , hingga berbagai kegiatan yang telah dilakukan. Tahun 2010 ini , WHDI telah memiliki Pengurus Daerah di 26 propinsi di Indonesia, dan bekerja dengan mengedepankan spiritualitas Hindu sebagai dasar pijakan dan mewarnai setiap langkah-langkahnya.

Antusiasme Ibu-ibu Tangerang Selatan semakin meningkat lagi ketika Ida Ayu Swastika, salah seorang tokoh wanita sekaligus intelektual Hindu Indonesia memberikan gambaran yang jelas dan lugas mengenai pentingnya organisasi bagi setiap wanita Hindu. Bu Dayu, begitu ia dipanggil, mengingatkan setiap wanita Hindu bahwa seiring dengan terjadinya percepatan perubahan lingkungan global, maka tuntutan terhadap peran wanita Hindu pun semakin tinggi. Baik yang terkait dengan peran Ibu sebagai orang tua, pendamping suami, maupun perannya pada kehidupan sosial kemasyarakatan. Organisasi WHDI diharapkan bisa menjembatani kebutuhan itu sekaligus sebagai garda depan dalam melakukan advokasi terhadap wanita Hindu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga sekaligus membela mereka yang mengalami perlakuan diskriminatif pada lingkungannya.

Kegiatan Sosialisasi WHDI ini disambut hangat oleh seluruh yang hadir, hingga bermuara pada kebulatan tekad untuk segera membentuk WHDI di tingkat Tangerang Selatan. Hal ini segera difasilitasi oleh Dwi Atmawati Suada selaku penyelenggara. Wanita jawa asal Ambarawa mengajak Ibu-Ibu lainnya untuk membentuk tim formatur pembentukan WHDI Tangerang Selatan.

Berikut adalah formatur yang berasal dari perwakilan wilayah di Tangerang Selatan :
1. Dwi Atmawati Suada (Serpong)
2. Putu Sumarti (Serpong)
3. Ni Luh Suyatini (Pondok Cabe)
4. Made Aqulina (Pamulang)
5. Ni Luh Ratna (Sarua)
6. Susmiati (Pondok Cabe)
7. Ida Ayu Mirah (Sarua)
8. A.A. Oka Suarni (Pondok Cabe)
9. Ibu Nyoman Suadiarta (rempoa)
10. Ayu Ariati (Pamulang)
11. Cok Istri (Pamulang)
12. Komang Suriani (pamulang)
13. N.N. Yudiani (Pamulang)
14. Ria Mayun (Pamulang)
15. Nyoman Parwaberi (Sarua)

Formatur tersebut, bertugas untuk menyiapkan segala sesuatunya dalam rangka pembentukan WHDI Tangerang Selatan, mulai penentuan waktu, pendanaan, hingga mekanisme pembentukan dan pemilihan pengurus. (RS)